Sastrawan Kecil
Sebuah sudut pandang yang digambarkan menjadi kata, kalimat dan sajak. Kemudian diramu menjadi sebuah puisi.
Senin, 21 Agustus 2017
Gadis Kentang
Warna baru dalam tunas persahabatan Warna tiada terang namun menghangatkan Itulah dia Si Gadis Kentang Terbingkai kerudung sawo matang Dinauni langit tak berbintang Menampar kesunyian dengan tawa riang Dari sudut gelap, "kesunyian" mengerutkan alis matanya Memendam amarah, memandangku berbagi tawa dengannya Terima kasih kau Gadis Kentang Tepat kau datang Ketika yang kupanggil kawan tengah berpetualang Mengisi sakuku dengan janji cepat pulang Hingga hari berulang Yang ku genggam masih janji sang petualang Bersyukur kawan sepertimu ada Kita bertukar banyak kata Walau bungkus dan isinya hanyalah canda Namun tiada kata di balik kata Terima kasih kau Gadis Kentang Jumpa lain masa mendatang
By : Mas Yudik
Minggu, 20 November 2016
Keinginan Hati
Terkadang rasa iri datang
Ketika memandang cucu Adam & Hawa bertukar rasa sayang
Begitu damai nan tenang
Bak air jernih dalam kubang
Aku bukan pujangga yang miskin akan jiwa
Namun yang bisa tertangkap mata aku tak punya
Karena manusia selalu menilai apa yang dilihatnya
Dan tiada peduli akan hal berharga yang tak kasat mata
Bukannya aku tak pernah
Hanya jiwa merasa ogah
Banyak pengalaman yang kurasa akhirnya jadi pecah
Dan selalu berakhir dengan berat sebelah
Tapi jiwa tak pernah membohongi diri
Bahwa hati selalu merasa sepi
Membutuhkan jiwa yang lain untuk menemani
Dan berbagi ratapan hati
By : Mas Yudik
Minggu, 16 Oktober 2016
Kerapuhan Iman Seorang Hamba
Sial...
Untungku mencampakan aku
Tiada sudi memberkahi kerendahanku
Keterpurukan menjalar lular dari kaki dan tanganku
Menjarah seluruh milikku dari pusar hingga ke hulu
Sial...
Kelaparan menyakitkan ku dera
Upah dari ribuan sujud dan rapalan do'a
Dari sang Maha memiliki segalanya
Yang kudapat lebih dari sekedar bukan apa-apa
Tuhan...
Dijejali iba orang lain bukanlah sebuah kenikatan
Hanyalah gambar dari jerit ketidak berdayaan
Yang tak lagi ingat akan ketakwaan
Dan hanya berpikir bagaimana besok mencari makan
Tuhan...
Aku tak takut mati
Namun dari lapar dan sakit aku selalu lari
Seakan tiada sara ku jumpai
Penderitaan menguntitku hingga ku mati
Tuhan...
Adakah Kau dengar do'aku?
Adakah Kau terima sujudku?
Adakah Kau melihat diriku?
Adakah Kau lakukan sesuatu pada hidup tak bergunaku?
Atau sebenarnya...
Ada atau tiadakah diriMu?
By : Mas Yudik
Kamis, 13 Oktober 2016
Kunang kunang
Seekor kunang kunang melukis wajah bidadari surga
Adalah khayalan yang kusadari begitu melihat indah sinarnya
Sang kunang mengintip isi hatiku dari celah retak dindingnya
Jiwa yang berisi sebungkus harapan dan secuwil asa
Sang kunang menatap bola mataku
Dengan tatapan seolah ingin tahu
Sang kunang menodongku dengan tanda tanya
Namun aku tak tahu apa yang ingin diketahuinya
Dia terbang mengitariku
Tanda tanyanya mengupas setiap sudut tubuhku
Lalu ku gapai sinarnya dalam telapak tanganku
Dia hinggap dan tetap menatapku
Aku bertanya "Apa yang kau mau?"
Namun dia tetap membisu
Suara yang entah dari mana tibanya menjawab
"Aku adalah tanda tanya dalam dirimu"
Leherku berputar dengan sendirinya
Mencari dari mana suara bergema
Namun hanya kehampaan yang kusapa
Pikirku hanya perasaanku saja
Ketika mataku merindukan sinarnya
Sang kunang telah tiada
By : Mas Yudik
Kamis, 06 Oktober 2016
Surat yang tak pernah terkirim
Dear, Sweetheart.
Aku percaya kamu sebagaimana aku percaya diriku.
Aku percaya kamu bahwa hanya aku, kamu dan Tuhan yang tahu.
Beberapa bait kata-kata ini kuharap bisa menjadi pencerahan untuk semuanya.
"ITU"
Apa "ITU"?
Entahlah,
Akun hanya ingin menyebutnya "ITU".
"ITU" yang seharusnya telah lama sirnah.
Ternyata masih ada walau terkulai lemah.
"ITU" yang dulu seagung si jago merah.
Kini hanya serupa lilin kecil menyala gundah.
Bukan maksudku menebar riak ditengah genangan air.
Aku hanya resah, mengapa "ITU" tak mau berakhir.
Setiap kali mata menangkapmu, "ITU" selalu hadir.
Betapa risau kian menjerat pikir.
Tersimpan sebuah harapan dalam batin.
Mengganti "ITU" tentangmu dengan "ITU" yang lain.
Sempat terpikir, apa itu mungkin?
Meski tertimbun rasa ragu, aku tetap yakin.
Bisa...
Yang Tersisih
Senin, 03 Oktober 2016
Kerisauan Di Kota Lama
Deru belalang melalang luang
Bergema hingga ke dasar teluk telinga
Lewat tengah malam
Detik meloncat ke hari baru
Di tengah kota lama
Di kota Batu
Aku masih membuka mata
Bukan dingin yang merasuk raga
Bukan penat menjerat urat
Namun tiada mimpi ku sapa
Hanya bayang kelam masa lalu
Dan kekacauan hari ini
Yang membuatku buta akan masa depan
By : Mas Yudik
Di kota Batu
Aku masih membuka mata
Bukan dingin yang merasuk raga
Bukan penat menjerat urat
Namun tiada mimpi ku sapa
Hanya bayang kelam masa lalu
Dan kekacauan hari ini
Yang membuatku buta akan masa depan
By : Mas Yudik
Karenamu Sahabat
Desir angin hambat otakku berfikir
Akan kemana ragaku pergi
Mentari hujankan sengatnya
Suburkan kemalasan dalam jiwa
Namun tawamu sahabat
Selalu tawarkan pengalaman hebat
Bersamamu menjajah waktu
Cairkan penat yang membeku
By : Cah Gondrong
Langganan:
Postingan (Atom)